Saya bermimpi
Orang-orang yang masih hidup, telah meninggal
Sepuluh hari sebelum kiamat,
Mereka minta izin, kembali
Supaya sembahyang sepuluh hari
Untuk membayar 30,40,50 dan 60 tahun tidak sembahyang.
Tiba-tiba! Adzan Asar berkumandang
Cepat-cepat saya bangun
Karena tidur setelah Asar,
Memanggil kematian!
Menulislah maka Tuhan membuka pintu hatimu untk berpikir. Dengarlah maka berdatangan ide yang kan membuatmu hebat!
Jumat, 31 Agustus 2018
Rabu, 29 Agustus 2018
Kamis
Aku memilih lipstik yang paling terang pagi ini
Pukul 12.20 siang, aku tersadar dengan wajah pasi dan bibir kering
Dapat kulihat rohku pada mata kucing yang kelaparan.
Kamis ini, menguras jiwaku!
Pukul 12.20 siang, aku tersadar dengan wajah pasi dan bibir kering
Dapat kulihat rohku pada mata kucing yang kelaparan.
Kamis ini, menguras jiwaku!
Elegi Sedap Malam
Aku lewat saat lampu jalan telah benderang
Sedap malam tampak malu disela rerumputan liar,
Bau pesing dari got mengalahkan harumnya,
Sementara sayup lantunan tarhim berseloroh bersama suara Si Ali yang melengking memanggil Baba ke ke masjid.
"Palang-palang jang sampe talucu"
Baba mengingatkan Ali yang tampak bersemangat.
Langkah kecilnya mengingatkanku pada Wa Ida yang di tiap fajar dengan perut kosong menyandang bakul dan parang busu ke kebun
Yang setiap pagi sarapan pukul sepuluh dengan singkong rebus dan ikan rebus
Wa Ida yang tak pernah berusaha menjelaskan pada adiknya kenapa yang lain makan roti pukul 07.30 sementara mereka harus makan singkong rebus
Karena si kecil yang bahkan giginya belum lengkap itu mengerti
Kalau singkong, hanya itulah pengganjar perutnya
Karena mulutnya begitu asing dengan roti, nasi, susu, apalagi daging
Mereka tidak berani bermimpi tentang sesuatu selain 'makanan tanah'.
Sedap malam tampak malu disela rerumputan liar,
Bau pesing dari got mengalahkan harumnya,
Sementara sayup lantunan tarhim berseloroh bersama suara Si Ali yang melengking memanggil Baba ke ke masjid.
"Palang-palang jang sampe talucu"
Baba mengingatkan Ali yang tampak bersemangat.
Langkah kecilnya mengingatkanku pada Wa Ida yang di tiap fajar dengan perut kosong menyandang bakul dan parang busu ke kebun
Yang setiap pagi sarapan pukul sepuluh dengan singkong rebus dan ikan rebus
Wa Ida yang tak pernah berusaha menjelaskan pada adiknya kenapa yang lain makan roti pukul 07.30 sementara mereka harus makan singkong rebus
Karena si kecil yang bahkan giginya belum lengkap itu mengerti
Kalau singkong, hanya itulah pengganjar perutnya
Karena mulutnya begitu asing dengan roti, nasi, susu, apalagi daging
Mereka tidak berani bermimpi tentang sesuatu selain 'makanan tanah'.
Langganan:
Postingan (Atom)
Aku dan Orang
Beta mau bicara lantang Deng tata etika tak perlu jadi penghalang Tanpa koma yang mengganjal di kerongkongan karena malu hati Beta mau b...