Sedap malam tampak malu disela rerumputan liar,
Bau pesing dari got mengalahkan harumnya,
Sementara sayup lantunan tarhim berseloroh bersama suara Si Ali yang melengking memanggil Baba ke ke masjid.
"Palang-palang jang sampe talucu"
Baba mengingatkan Ali yang tampak bersemangat.
Langkah kecilnya mengingatkanku pada Wa Ida yang di tiap fajar dengan perut kosong menyandang bakul dan parang busu ke kebun
Yang setiap pagi sarapan pukul sepuluh dengan singkong rebus dan ikan rebus
Wa Ida yang tak pernah berusaha menjelaskan pada adiknya kenapa yang lain makan roti pukul 07.30 sementara mereka harus makan singkong rebus
Karena si kecil yang bahkan giginya belum lengkap itu mengerti
Kalau singkong, hanya itulah pengganjar perutnya
Karena mulutnya begitu asing dengan roti, nasi, susu, apalagi daging
Mereka tidak berani bermimpi tentang sesuatu selain 'makanan tanah'.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar