Minggu, 29 Juli 2018

Assalamualaikum..  Wr.. Wb. 
Siaaaaaaaaaaang
✋✋✋✋✋✋

#edisicurhat

Saya tak mau bilang kalau masih amatir dalam puisi,  karena sudah 10 tahun lebih sejak puisi pertama berhasil saya buat (waktu masih SMA)  walau puisinya masih amburadul dan kini kurang lebih sudah 50 buah puisi yang sudah saya ciptakan (maaf tak bermaksud sombong๐Ÿ˜‰) walau hanya beberapa yang saya publikasikan dan "menurut saya tak ada satupun puisi saya yang terkenal" mungkin karena 'kurang usaha' dan kurang bagus๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚๐Ÿ˜‚. Tapi, insya Allah kedepan ada puisi saya yang akhirnya terkenal.
Amin!!!!!

Selanjutnya saya ingin mencoba membuat puisi yang merupakan asal segala jenis puisi yaitu mantra dalam bahasa Ambon dan insya Allah bisa seperti Sang Legendaris S. C.  Bahri saya juga bisa menghasilkan paling tidak sebuah puisi mbeling. 
Amin!!!
๐Ÿ˜Š๐Ÿ˜‡

Soo,  tunggu saja "b pasti bisa".

Kali ini kita akhiri dulu dengan pantun Motivasi 

Jalan-jalan ke tanah seram
Jangan lupa singgah di Iha
Jurus ampuh jadi seniman
Jangan ragu bongkar aksara 

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. 

Ss.P
Pattihua Sitha

Pantun perpisahan

Kapas putih begitu adanya
Jatuh di tanah menguning jua
Tuhan Kuasa pemilik sempurna
Kami disini kadang cela

Kuah kuning temannya papeda
Raci cili lebe tamba sadap
Kata maaf katong minta
Supaya pulang hati senang

Ss. P

Jumat, 27 Juli 2018

Gap

Aku membaca. Kutemukan namamu disana Disesaki lembaran kertas tua Dicecoki miliyaran kata dari pengemis sampai miliyarder. Dari rakyat jelata sampai bangsawan. Aku membaca dan kutemukan kau telah ternoda Ribuan bibir telah mengecupmu Jutaan tangan telah membelaimu Bahkan ratusan tinju pernah menyakitimu. Kulihat kau teronggok disudut halaman dengan pungguk yang tegak dan mata yang menyala.

Pulang

Jalan sempit itu terlihat dipenuhi dedaunan yg gugur, setapak hitam kita menamainya. Setapak hitam krena begitulah adanya. Setapak itu menyimpan kesedihan dan kekudusan. Kita menyusurinya kemarin, saat matahari terlihat lelah setelah seharian menulis catatan harian tingkah anak-anak bumi, saat adzan menggema di belahan bumi timur Indonesia. Setapak itu benar-benar menununjukkan kesepiannya. Kita melangkah pelan, melewati depan rumah tak berjendela tanpa mengucapkan "Asslamualaikum Ya Akhlilkubuur". Sunyi itu merasuk hingga ke hati. Kita berjalan pelan dan tiba-tiba kau berhenti, kulihat perlahan kau menengok ke samping, lama kau terdiam. Kucoba menjelajahi tiap jengkal wajahmu, matamu sulit kumengerti artinya. Kuikuti arah pandanganmu terhenti pada rumah baru yang kemarin dulu dibangun, raut wajahmu perlahan berubah sedih. "Pulang" lirihmu hampir tak terdengar. "Pulang, hampir tiap hari menggema ditelingaku, aku takut, aku mengingatnya setiap hari". "Haruskah kita pulang sekarang?" tanyaku. Perlahan kau arahkan pandanganmu kearahku, kita bertatapan lama dapat kulihat kau sama sekali tak melihatku, kau asik dengan dunia yang kau bangun sendiri. Kita tak mampu saling menemukan dalam pandangan, tidak! Aku tak terlihat dimatamu. "Pulang, sudah malam".

Pencari Jalan-Mu

Di setiap perjumpaan kita Aku mencoba menghadirkan rupa Menerka tiap wujud agar menjadi nyata Karena pikirku, "cinta itu realistis" Namun, apa benar adanya?
Diperjumpaan kita yang kesekian kalinya Aku tetap mendeskripsi wujudMu Mencipta skenario, "aku di depanMu" Akankah cinta hadir? Karena masih pikirku "cinta membutuhkan pembuktian." Rupamu tak mampu terjamah Bukankah itu muskil? Bahkan kekasihmu yang adalah saudaraku seiman, tak dapat dan dijangkau. Lalu bagaimana kuhadirkan cinta? "Aku masih tidak tulus" Lalu pernah kuhadirkan cerita Kau duduk dengan KebesaranMu Dengan rupa yang tak tergambar Hanya kaki besar, dimana aku bersujud di ibu jari. Masih dalam skenario 'kau berpaling' Karena aku yang tak cinta? Lalu bagaimana? Karena masih pikirku "cinta itu realistis" Namun, "Kau peluk aku Dalam KasihMu" Maha Suci Engkau Ya Allah.

Dirgahayu SMP Negeri 2 Seram Barat


Syair Rumah Ilmu
Karya. Pattihua Sitha

Aku masih kecil kala itu
Saat dengan seragam merah putih
Tanpa pilihan kuinjakkan kaki disini
Masih cengeng
Masih malu-malu

Lalu keteduhnmu melingkupiku
Mengangkatku sebagai anak
Menjagaku, mengasahku, membimbingku menjadi manusia andal
Lewat tangan kasih-suci guruku

Kau lihat flamboyan disana?
Kau lihat kamboja itu?
Bukankah padanya narasi dapat kau baca
Tentang generasi-generasi emas
Yang telah dilahirkan dari rahimnya
Dari sini
Dari SMP N  2 yang kucinta
Yang kau cinta
Yang kita cinta

Kau ingat lagu ini?
“Kisah kasih disekolah?”
“dengan teman dan guru”

Kisah kita akan abadi
Setelah aku lulus, aku menikah, punya anak dan mati!
Tapi SMP N 2 Seram Barat
Akan hidup
Hidup di ari-ari, di lubuk hatiku

Teruslah….
Terus berkarya sekolahku
Lahirkan generasi-generasi gemilang disini dan bentuklah menjadi pribadi beriman

Jayalah sekolahku
Tuk kejayaan negeri

Dirgahayu sekolahku
Dirgahayu SMP N. 2 Seram Barat  (yang ke-38)

Aku dan Orang

Beta mau bicara lantang Deng tata etika tak perlu jadi penghalang Tanpa koma yang mengganjal di kerongkongan karena malu hati Beta mau b...